Serangan bom
bunuh diri yang terjadi di Surabaya belum lama ini masih menyiratkan ketakutan yang
mendalam kepada masyarakat. Kata ‘teroris’ dan ‘bom’ seakan menjadi momok yang
menakutkan. Tapi siapa sangka di tengah kondisi berkabung ini, justru muncul pernyataan
dan tindakan yang seolah menganggap tindakan terorisme tersebut sebagai hal yang tidak serius.
Dalam beberapa
hari belakangan, kita mendengar pernyataan mengejutkan dari pimpinan Jamaah Ansharut
Daulah (JAD), Aman Abdurahman. Seperti dikutip dari Tribunnews, saat membacakan nota pembelaan (pledoi) dalam
persidangannya, Jumat (25/5), Aman menyampaikan bahwa aksi teror bom bunuh diri di Surabaya bukanlah aksi jihad.
Lebih jelasnya,
Aman menyampaikan bahwa hanya orang sakit jiwa saja yang menamakan teror bom
bunuh diri di Surabaya sebagai jihad. “Dua kejadian (teror bom) di Surabaya itu
saya katakan, orang-orang yang melakukan atau merestuinya atau mengajarkan atau
menamakannya jihad adalah orang-orang yang sakit jiwanya dan frustrasi dengan kehidupan,” katanya.
Selain itu,
Aman juga menyampaikan kalau melakukan serangan kepada orang kafir, termasuk umat
Nasrani, sepanjang dia tidak mengganggu, tidak boleh dan haram, berdosa, apalagi melakukan bom bunuh diri, membawa anak, itu masuk neraka.
Menilai bahwa
pernyataan ini penting untuk diketahui oleh masyarakat, Kapolri Jenderal Pol
Tito Karnavian pun meminta supaya pernyataan itu diviralkan di media. Karena secara terang pemimpin JAD tersebut tak mengakui kalau aksi bom bunuh diri adalah jihad.
Pernyataan ini
tentunya membuat masyarakat awam berpikir, ‘Benarkah para pelaku bom bunuh diri
orang yang sakit jiwa?’ Secara logika, tentu saja tidak karena para pelaku terbukti
punya keterkaitan dengan kelompok JAD dan ideologi mereka soal jihad dengan aksi bom bunuh diri.
Satu pernyataan
lain yang juga cukup mengejutkan masyarakat kita belakangan ini terkait bom
adalah aksi sekelompok perempuan bercadar di Malang. Di tengah ketakutan masyarakat
terkait teror bom, para perempuan ini justru melakukan aksi dengan slogan ‘Bomb
Takjil’. Aksi sekelompok perempuan bercadar ini akhirnya jadi bulan-bulanan netizen
dan masyarakat publik. Mereka dinilai gak punya empati karena memakai kata ‘bomb’ dalam aksinya.
Walaupun mereka
mengaku aksi tersebut bertujuan untuk menghilangkan stigma negatif soal
perempuan bercadar, tapi bagi masyarakat slogan yang tak biasa itu dinilai sangat menganggu.
Salah satu netizen
bahkan mengomentari aksi ini dan menyebut bahwa bom harusnya bukan bahan becandaan.
“Ini namanya gak sensitif. Gak peka. Dipikirnya canda soal bom itu gak bikin
takut dan trauma. Bagaimana mungkin mau bagi takjil ada poster Bomb Takjil? Mbok
ya mikir dan bisa berempati pada rakyat Indonesia yang marah pada teror bunuh
diri. Bkn malah membanyol gak lucu,” tulis pemilik akun Twitter @BrigaldoS.
Saat kita
diposisikan dalam situasi genting dan menakutkan soal teror bom belakangan ini,
seharusnya kita sebagai masyarakat berpikir untuk meredam segala bentuk aksi atau
pernyataan yang menyinggung terkait bom, teror dan sejenisnya. Adalah baik untuk
menghindari segala aktivitas dan ucapan yang justru membuat masyarakat geram dan
bertanya ‘Kog bisa sih mereka mengucapkan atau melakukan hal itu?’.